Jumat, 30 Mei 2008

TUJUAN PERKULIAHAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH S1

Oleh: Ika umaya Yasinta(1102406008)

Perkuliahan pendidikan luar sekolah diberikan kepada mahasiswa dalam bentuk tatap muka,praktek dan kegiatan lapangan .

Adapun pengalaman belajar yang diperlukan dalam perkuliahan pendidikan luar sekolah adalah:
1.Mempelajari dasar-dasar perencanaan dan menyusun rencana terpadu pendidikan luar sekolah.
2.Berlatih menyusun perencanaan pendidikan luar sekolah.

Tujuan perkuliahan pendidikan luar sekolah :
1. Agar mahasiswa dapat memahami dan menguasai pengertian perencanaan dan perencanaan terpadu Pendidika Luar Sekolah.
2. Agar mahasiswa dapat mengetahui bentuk -bentuk dan tehnik perencanaan Pendidikan Luar Sekolah.
3. Agar mahasiswa memahami asprk-aspek Pendidikan Luar Sekolah
4. Agar mahasiswa dapat memahami ,menyusun suatu perumusan tujuan perencanaan pendidikan luar Sekolah.
5. Agar mahasiswa dapat memahami cara penilaian suatu perencanaan Pendidikan luar sekolah.
6. Agar mahasiswa terampil dalam menyusun suatu tujuan dan target perencanaan .
7. Agar mahasiswa mampu menilai suatu perencanaan Pendidikan Luar Sekolah.
8.Agar mahasiswa terampil membuat suatu prediksi perkembangan ekonomi dan ketenaga ketenagakerjaan dalam hubungannya dengan Pendidikan Luar Sekolah.

Tujuan Istruksional Perkuliahan Pendidikan Luar Sekolah S1.
@Memperoleh pengalaman belajar bagi mahasiswa diharapkan dapat memahami tujuan dan garis -garis besar perkuliahan perencanaan pendidikan luar sekolah.
@Setelah proses belajar mengajar mahasisw adiharapkan dapat memahami penertian perencanaan Pendidikan Luar Sekolah.
@Mahasiswa dapat memahami pendekatan Pendidikan Luar Sekolah .
@Mahasiswa dapat memahami bentuk -bentuk perencanaan pendidikan Luar Sekolah .
@Mahasiswa dapat memahami aspek-aspek perencanaan pendidikan luar sekolah .
@Mahasiswa dapat memahami target- target pendidikan luar sekolah. Mahasiswa dapat memahami penilaian perencanaan pendidikan Luar sekolah.
@Mahasiswa diharapkan dapat memehami mengenai hubungan antara kebutuhan tenaga kerja dengan jenis keterampilan yang dibutuhkan dalam menunjang perkembangan ekonomi.
MATERI SIARAN RADIO TKPLS

oleh Maghfiroh
1102406015

Materi siaran radio TKPLS ini adalah berisikan informasi pendidikan dan pengetahuan keterampilan serta pembentukan sikap mental yang diperlukan, meliputi bidang ipoleksosbudhankam, untuk membantu membina dan membentuk manusia Indonesia seutuhnya berdasarkan falsafah pancasila. berarti materi pelajarannya melipouti antara lain: (a) ajaran keaagamaan/kerohanian atas dasar kepercayaan kepadaa Tuhan Yang Maha Esa, (b) kehidupan do dalam keluarga dan masyarakat, (c) hak dan kewajiban sebagai warga dan mesyarakat, (d) pembinaan keluarga sejahtera; nata pencaharian, (e) keaksaraan, (f) kesehatan masyarakat, (g) lain-lain yang diperlukan oleh warga belajar.

Dari berbagai materi pelajaran tersebut Tim Pembantu Pelaksanan TKPLS menyusun kurikulum siaran dengan melibatkan: (1) staf bidang pembinaan masyarakat, (2) staf bidang pembinaan generasi muda dan olah raga, (3) seorang ahli pendidikan luar sekolah dari perguruan tinggi setempat. kurikulum siaran ini disusun setahun sekali. terdiri dari 50 program siaran dan dijabarkan ke dalam format yang meliputi:
1. bidang kegiatan (misalnya bidang kegiatan pertanian, kesehatan, PKK dan lain-lain)
2. seri program (misalnya bidang kegiatan kesehatan dengan seri program penyakit menular)
3. pokok bahasan (misalnya muntaber atau malaria)
4. tujuan di sini m,emuat aspek-aspek yang akan dicapai
5. judul denga rumusan yang menarik (misalnya penyakit muntaber yang berbahaya)
6. sumber bahan penulisan (sumber buku)

Materi pendidikan yang disajikan kepada warga belajar meliputi: (a) pengetahuan dasar (membaca, menulis, berhitung, dan bahasa Indonesia), (b) keterampilan kerja, (c) nilai-nilai moral yang terkandung dalam pancasila, (d) faktor-faktor lain yang berhubungan dengan kehidupan warga desa meliputi kesehatan, perbaikan lingkungan, pertanian, partisipasi pembangunan, dan (e) lain-lain yang pelaksanaanya disesuaikan dengan keadaan daerah masing-masing.

Home Scholing


Oleh : Nur Shobah 1102406014

Di Indonesia homeschooling mulai banyak dilakukan di kota-kota besar, khususnya oleh mereka yang pernah melakukannya ketika berada di luar negeri. Dalam perkembangannya, sekolahrumah atau homeschooling juga telah menjadi salah satu pilihan keluarga/orangtua yang mungkin diakibatkan adanya pandangan atau penilaian kurang baik terhadap sekolah dan merasa lebih siap untuk menyelenggarakan pendidikan anak-anaknya sendiri di rumah.

Kebijakan dan Payung Hukum Homeschooling.
Sistem pendidikan nasional menyebutkan bahwa pendidikan nonformal berfungsi untuk mengembangkan potensi peserta didik dengan penekanan pada penguasaan pengetahuan dan ketrampilan fungsional serta pengembangan sikap dan kepribadian profesional salah satu jenis pendidikan nonformal adalah pendidikan pilihan yang termasuk diantaranya komunitas Sekolahrumah dan pendidikan komunitas hal ini diatur undang-undang Nomor 20 Tahun 2003.

Pelaksanaan Sekolahrumah dan komunitas belajar ini dilandasi oleh peraturan perundang-undangan sebagai berikut:

§ UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan perubahannya.

§ Undang-undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional.

§ Undang-undang No.32 tahun 2003 tentang Desentralisasi dan Otonomi Daerah.

§ Peraturan Pemerintah No.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

§ Peraturan Pemerintah No.25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonom.

§ Peraturan Pemerintah Nomor 73 tahun 1991 tentang Pendidikan Luar Sekolah.

§ Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0131/U/1991 tentang Paket A dan Paket B.

§ Keputusan Menteri Pendidikan Nasional No.132/U/2004 tentang paket C.

1.2 Klasifikasi Format Homeschooling.

Ada beberapa klasifikasi Homeschooling yaitu:

Homeschooling Tunggal
Adalah suatu format layanan pendidikan yang dilakukan orangtua /wali dalam suatu keluarga terhadap anak-anaknya di rumah maupun di tempat-tempat lain yang menyenangkan dimana orang tua/wali dengan sengaja tidak bergabung dengan keluargalain. Tantangan yang dihadapi Homeschooling Tunggal antara lain diambil dari komunitas sekolahrumah (Direktorat Pendidikan Kesetaraan):

§ Tidak ada tempat sosialisasi terutama bagi anak-anak yang memerlukan tempat mengekspresikan diri sebagai syarat pendewasaan kepribadian anak.

§ Tidak dukungan yang bisa menjadi tempat bertanya, berbagi dan sebagai pembanding keberhasilan proses belajar mengajar.

§ Orang tua harus menyelenggarakan sendiri penilaian terhadap hasil pendidikan atau mengusahakan sendiri kesetaraan dengan standar pendidikan formal atau standar yang ditetapkan komunitas Sekolahrumah yang ada.

Sekolahrumah Majemuk
Adalah suatu format layanan pendidikan yang dilaksanakan oleh orangtua/wali dari dua atau lebih keluarga yang tidak selalu saling bertalian keluarga melakukan suatu kegiatan sekolah rumah dimana kegiatannya dibentuk dan dikelola secara lebih teratur dan terstruktur.

Tantangan yang dihadapi Sekolahrumah Majemuk antara lain diambil dari komunitas sekolahrumah (Direktorat Pendidikan Kesetaraan):

§ Diperlukan kompromi dan fleksibilitas untuk menyesuaikan jadwal, suasana dan fasilitas tertentu yang dapat menampung beberapa anak dalam jumlah keluarga pada saat kegiatan dilaksanakaan bersama-sama.

§ Dalam kelompok yang lebih besar, maka anak-anak anggota sekolahrumah Majemuk harus diawasi, dibimbing atau dilatih oleh seorang yang ahli dalam bidang tertentu tersebut walaupun kehadiran orangtua harus tetap ada.

§ Anak-anak dengan keahlian atau kegiatan khusus harus juga bisa menyesuaikan dengan lingkungan lainnya dan menerima perbedaan-perbedaan lainnya dalam proses pembentukan jati diri.

§ Walaupun melakukan beberap kegiatan dengan keluarga sekolahrumah lainnya, tetapi orangtua masing-masing Sekolahrumah harus menyelenggarakan sendiri penilaian terhadap hasil pendidikan atau mengusahakan sendiri kesetaraan dengan standar pendidikan formal, standar pendidikan nonformal atau standar yang ditetapkan oleh komunitas Sekolahrumah yang ada.


Sekolahrumah Komunitas

Komunitas sekolahrumah adalah gabungan sekolahrumah majemuk yang memiliki komitmen pengajaran dengan perbandingan tertentu antara komunitas dan orangtua yang menyusun dan menentukan silabus serta bahan ajar bagi anak-anak sekolahrumah termasuk menentukan beberapa aktifitas dasar (olahraga, musik/seni, dan bahasa) serta fasilitas dan proses belajar dilaksanakan pada waktu-waktu tertentu.

Kekuatan dan Kelemahan Sekolahrumah.

Kekuatan dan kelemahan homeschooling atau sekolahrumah diambil dari Pendidikan Kesetaraan mencerahkan anak bangsa (Direktorat Pendidikan Kesetaraan).

Sekolahrumah atau homeschooling memiliki kekuatan sebagai berikut :

1. Lebih memberikan kemandirian dan kreativitas individu tidak seperti di sekolah yang memberikan pelajaran secara klasikal.

2. Memberikan peluang untuk mencapai kompetensi individual semaksimal mungkin sehingga tidak selalu harus mengikuti standar kompetensi yang

3. ditentukan oleh kemampuan tertinggi, rata-rata, atau bahkan kemampuan paling rendah di kelas.

4. Terlindung dari tawuran, kenakalan, napza, pergaulan yang menyimpang, konsumerisme, dan jajan makanan yang malnutrisi.

5. Lebih bergaul dengan orang dewasa sebagai panutan.

6. Lebih disiapkan untuk kehidupan nyata.

7. Lebih didorong untuk melakukan kegiatan keagamaan, rekreasi/olahraga keluarga.

8. Membantu anak lebih berkembang, memahami dirinya dan perannya dalam dunia nyata disertai kebebasan berpendapat, menolak, atau menyepakati niali-nilai tertentu tanapa harus merasa takut untuk mendapat celaan dari teman atau nilai kurang.

9. Membelajarkan anak-anak dengan berbagai situasi, kondisi, dan lingkungan sosial.

10. Masih memberikan peluang berinteraksi dengan teman sebaya di luar jam belajarnya.

Sedangkan Kelemahan sekolahrumah adalah sebagai berikut :

1. Kurang berinteraksi dengan teman sebaya dari berbagai status sosial yang memberikan pengalaman berharga untuk belajar hidup di masyarakat.

2. Sekolah merupakan lingkungan belajar yang khas yang dapat melatih anak bersaing dan mencapai keberhasilan setinggi-tingginya.

3. Sekolah di rumah dapat mengisolasi peserta didik dari kenyataan-kenyataan yang kurang menyenangkan sehingga dapat berpengaruh pada perkembangan individu.

4. Bila anak terisolasi dari lingkungan sosialnya yang kurang menyenangkan maka ia kan kurang siap untuk menghadapi berbagai ketidakpastian atau kesalahan.

Lebih JauhTentang Homeschooling (Sekolahrumah)

Hal-hal yang Harus di perhatikan dalam Homeschooling.

Keputusan untuk melakukan homeschooling atau sekolah rumah adalah suatu keputusan yang sulit, karena banyak orang tua yang tidak merasa yakin atau ragu-ragu apakah ini suatu keputusan yang benar atau tidak. Mereka khawatir anak mereka tidak mendapat pendidikan yang sama atau setidaknya sesuai dengan pendidikan sekolah formal.

Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum memutuskan untuk melakukan homeschooling :

  1. Mencari informasi sebanyak-banyaknya tentang homeschooling, informasi bisa didapat dengan mengikuti seminar, bertukar pikiran dengan pelaku homeschooling, search internet dsb.

  2. Komitmen antara orangtua dan anak.

Ketika melakukan homeschooling maka orangtua harus meluangkan waktu yang lebih banyak untuk membantu pembelajaraan anak mereka. Pembelajaran dalam homeschooling bukan seperti sekolah formal yang mengharuskan peserta didik duduk diam mendengarkan pengarahan guru, atau membaca setumpuk buku untuk sekian jam. Tetapi pembelajaran dalam homeschooling bersifat dinamis dimana peserta didik diharapkan aktif terlibat dalam mempelajari suatu bahan dimana peran orang tua atau tutor hanya sebagai guidelines untuk membantu peserta didik.

3. Persetujuan kedua orang tua.

Dalam melakukan homeschooling kedua orangtua harus setuju, karena apabila salah satu tidak setuju maka homeschooling tidak akan berjalan dengan baik

4. Anak harus bersedia melaksanakan homeschooling.

Keputusan untuk melakukan homeschooling harus merupakan keinginan anak bukan hanya keinginan orang tua karena anak atau peserta didik merupakan tokoh sentral dalam proses pembelajaran, sehingga apabila ada keengganan dari diri anak maka proses tidak akan berjalan maksimal.

5. Biaya yang mungkin timbul.

Mempertimbangkan faktor biaya yang mungkin timbul dalam proses pembelajaran homeschooling. Biaya yang mungkin timbul antara lain biaya pembelian kurukulum, biaya material pembelajaran, biaya tutorial dsb.

Beberapa Pendekatan yang sering dipakai dalam Homeschooling

Pada dasarnya homeschooling bersifat unique. Karena setiap keluarga mempunyai nilai dan latar belakang berbeda, sehingga setiap keluarga akan melahirkan pilihan-pilihan model homeschooling yang unique. Pendekatan yang dipakai dalam pelaksanaan homeschooling memiliki rentang yang lebar antara yang sangat tidak terstruktur (unschooling) hingga yang sangat terstruktur seperti belajar di sekolah (school at-home).

Menurut Ransom (2001) terdapat beberapa pendekatan yang sering dipakai dalam praktek homeschooling antara lain :

a.School at-home

School at-home approach adalah model pendidikan yang serupa dengan yang diselenggarakan di sekolah. Hanya saja, tempatnya tidak di sekolah, tetapi di rumah. Metode ini juga sering disebut textbook approach, traditional approach, atau school approach.


b. Unit studies

Unit studies approach adalah model pendidikan yang berbasis pada tema (unit study). Pendakatan ini banyak dipakai oleh orang tua homeschooling. Dalam pendekatan ini, siswa tidak belajar satu mata pelajaran tertentu (matematika, bahasa, dsb), tetapi mempelajari banyak mata pelajaran sekaligus melalui sebuah tema yang dipelajari. Metode ini berkembang atas pemikiran bahwa proses belajar seharusnya terintegrasi (integrated), bukan terpecah-pecah (segmented).

c. Charlotte Mason atau The Living Book Approach

The Living Books approach adalah model pendidikan melalui pengalaman dunia nyata. Metode ini dikembangkan oleh Charlotte Mason. Pendekatannya dengan mengajarkan kebiasaan baik (good habit), keterampilan dasar (membaca, menulis, matematika), serta mengekspose anak dengan pengalaman nyata, seperti berjalan-jalan, mengunjungi museum, berbelanja ke pasar, mencari informasi di perpustakaan, menghadiri pameran, dan sebagainya.

d. Classical, Waldorf, Montessori, dan Electic.
The Classical approach adalah model pendidikan yang dikembangkan sejak abad pertengahan. Pendekatan ini menggunakan kurikulum yang distrukturkan berdasarkan tiga tahap perkembangan anak yang disebut Trivium. Penekanan metode ini adalah kemampuan ekspresi verbal dan tertulis. Pendekatannya berbasis teks/literatur (bukan gambar/image).

The Waldorf approach adalah model pendidikan yang dikembangkan oleh Rudolph Steiner, banyak ditetapkan di sekolah-sekolah alternatif Waldorf di Amerika. Karena Steiner berusaha menciptakan setting sekolah yang mirip keadaan rumah, metodenya mudah diadaptasi untuk homeschool.

The Montessori approach adalah model pendidikan yang dikembangkan oleh Dr. Maria Montessori. Pendekatan ini mendorong penyiapan lingkungan pendukung yang nyata dan alami, mengamati proses interaksi anak-anak di lingkungan, serta terus menumbuhkan lingkungan sehingga anak-anak dapat mengembangkan potensinya, baik secara fisik, mental, maupun spiritual.

The Eclectic approach memberikan kesempatan pada keluarga untuk mendesain

sendiri program homeschooling yang sesuai, dengan memilih atau menggabungkan dari sistem yang ada.

e. Unschooling atau Natural Learning

Unschooling approach berangkat dari keyakinan bahwa anak-anak memiliki keinginan natural untuk belajar dan jika keinginan itu difasilitasi dan dikenalkan dengan pengalaman di dunia nyata, maka mereka akan belajar lebih banyak daripada melalui metode lainnya. Unschooling tidak berangkat dari textbook, tetapi dari minat anak yang difasilitasi.

Sumber-Sumber Pembelajaran

Beberapa sumber pembelajaran yang dapat dijadikan sumber acuan dalam homeschooling :

1. Ensiklopedia.

2. Kamus.

3. Atlas.

4. Referensi buku dan Material pembelajaran.

5. Koran

6. Majalah

7. Perpustakaan.

8. Mainan Edukatif

9. Software komputer yang edukatif


Proses Pembelajaran

Dalam proses pembelajaran orang tua harus memiliki panduan dan format penilaian untuk menilai kemajuan anaknya. Penilaian belajar lebih diutamakan pada proses pembelajaran. Jenis penilaian tersebut meliputi :

  • Performance Test (Penilaian sikap), penilaian ini lebih mengarah pada pembentukan karakter.

  • Project : yaitu mencatat hal-hal yang menarik tentang anak, yang dilakukan setiap hari.

  • Tes Akademis, tes untuk menguji pencapaian standar kompetensi peserta didik.

  • Portofolio, mengumpulkan hasil karya anak.

Dalam melakukan kegiatan belajar mengajar orangtua bisa memakai beberapa metode berikut :

  • Metode Tanya Jawab

  • Metode Diskusi

  • Metode Ceramah

  • Metode Cerita

  • Metode Pengalaman Langsung

  • Metode Belajar Tuntas

  • Metode Self Discovery

Jenis Pendidikan Luar Sekolah

Oleh: Nur Shobah 1102406014

Banyak jenis pendidikan luar sekolah, khususnya yang berupa kursus-kursus, yang merupakan lahan kegiatan yang didominasi oleh perempuan. Sebagai contoh dapat disebutkan kursus-kursus menjahit dan memasak. Di luar itu juga terdapat kegiatan-kegiatan pelatihan di bidang-bidang khusus, seperti menenun dengan teknik dan penggunaan ragam-ragam hias tradisional, yang dipimpin oleh ibu-ibu. Kegiatan pelestarian seni dan teknik tradisi yang semula sangat 'domestik' itu kini banyak ditransformasikan menjadi kegiatan publik, di mana peserta pelajaran menenun itu, misalnya, adalah wanita-wanita muda dari manapun, tidak perlu harus anak atau sanak dari si ibu yang merupakan nara sumber.
Pendidikan luar sekolah dapat bersifat non-formal, dalam arti tidak menggunakan struktur persekolahan dan kurikulum yang ketat, meskipun suatu sasaran tertentu ada ditetapkan. Contohnya adalah Kejar Paket A dan Kejar Paket B, serta kursusu-kursus yang mempunyai bahan ajar yang disusun secara terencana. Pada akhir kegiatan yang demikian itu biasa diberikan tanda selesai mengikuti paket atau kursus yang bersangkutan.
Di samping itu dapat juga suatu kegiatan pendidikan "luar sekolah" bersifat informal, atau 'tidak resmi', yaitu yang sama sekali tidak diikat oleh kurikulum yang ketat dan para pelakunya pun cenderung bersifat sukarela. Modus seperti ini banyak terdapat dalam upaya-upaya penerusan ilmu, kemahiran, dan atau ketrampilan dalam hal yang secara kategorik dapat disebut ekspresi folklor dan atau pengetahuan tradisional (traditional knowledge). Dalam penerusan jenis-jenis pengetahuan tertentu peranan wanita dominan, misalnya dalam peracikan obat-obatan tradisional, dalam perawatan kesehatan dan kecantikan, serta dalam perawatan bayi.
Penyampaian pengetahuan modern mengenai kesehatan ibu dan anak pun biasanya dilakukan secara informal. Demikian juga mengenai tujuan-tujuan lain, seperti meningkatkan penghasilan keluarga, pencegahan penyakit secara umum, dll. Berbagai aktivitas dalam rangka organisasi PKK (Pendidikan Kesejahteraan Keluarga) merupakan contoh dari pendidikan jenis ini.

Pendidikan Masyarakat lewat Media Massa
Suatu aspek pendidikan yang juga amat penting adalah pendidikan masyarakat lewat media massa. Hal-hal yang disampaikan melalui berbagai jenis media massa itu, yaitu media cetak, radio, dan televisi, seringkali pada pandangan pertama dilihat sebagai semata-mata informasi (khususnya berita) dan hiburan. Namun sebenarnya perlu disadari oleh semua pihak bahwa apapun yang disampaikan melalui media massa itu akan mempunyai efek 'mendidik'. Maksudnya "mendidik" adalah dapat mengubah pemikiran, pandangan, sikap, maupun pemihakan (terhadap atau mengenai sesuatu) pada diri para konsumen yang menerima pesan-pesan melalui media massa tersebut.

Dalam bidang 'pendidikan' melalui media massa ini pria dan wanita mempunyai peluang peran yang sama pada sisi pemancar dan pengelolanya. Namun pada sisi penerima, ibu-ibu yang mengasuh anak-anaknya di rumah mempunyai peluang lebih besar untuk memberikan panduan dalam menyerap informasi ataupun rangsangan yang disampaikan melalui media massa tersebut. Dalam hal ini ibu-ibu, atau siapapun yang berperan sebagai ibu di rumah, diharapkan dapat melatih anak-anaknya (atau warga rumahnya secara umum) agar pandai membedakan mana yang berguna dan mana yang merusak bagi suatu kehidupan manusiawi yang bermartabat. Tantangan yang harus dihadapi adalah bahwa sifat hiburan dari suatu siaran itu seringkali dapat dengan mudah menggusur nilai manfaat yang memuliakan manusia.


ICT untuk Pendidikan Luar Sekolah

Oleh: Nur Shobah {1102406014}

Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia lndonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri, serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Sistem pendidikan juga harus menumbuhkan jiwa patriotik dan mempertebal rasa cinta tanah air, meningkatkan semangat kebangsaan dan kesetiakawanan sosial, dan sikap menghargai jasa para pahlawan serta berkeinginan untuk maju. Iklim belajar mengajar yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri sendiri dan budaya belajar di kalangan masyarakat terus dikembangkan agar tumbuh sikap dan perilaku yang kreatif, inovatif, dan berorientasi ke masa depan dengan memanfaatkan ICT.
Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 2 tahun 1989, sistem pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. Berdasarkan pada Undang-undangPendidikan tersebut, sistem pendidikan nasional dibedakan menjadi satuan pendidikan, jalur pendidikan, jenis pendidikan, dan jenjang pendidikan.
Undang-Undang No. 2 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa penyelenggaraan pendidikan dilaksanakan melalui dua jalur, yaitu jalur pendidikan sekolah dan jalur pendidikan luar sekolah. Jalur pendidikan luar sekolah merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah melalui kegiatan belajar mengajar yang tidak harus berjenjang dan bersinambungan. Satuan pendidikan luar sekolah meliputi kursus/lembaga pendidikan ketrampilan dan satuan pendidikan yang sejenis.
Di tengah krisis ekonomi seperti sekarang, kursus/lembaga pendidikan ketrampilan ini barangkali harus lebih dikedepankan. Kegiatan kursus bukan hanya memberi harapan pada anak putus sekolah yang sulit mencari kerja tetapi juga memberikan jalan bagi banyaknya jumlah lulusan SLTA yang tak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi sehingga lembaga kursus selalu mendapat tempat. Di tangan para pengelolanya, lembaga pendidikan ini bisa bergerak cepat mengikuti irama perkembangan dan tuntutan teknologi yang terjadi di masyarakat dengan menggunakan ICT.
Begitu cepatnya antisipasi yang dilakukan para penyelenggara kursus atas tuntutan masyarakat, sangat boleh jadi, lembaga pendidikan nonformal ini tidak begitu berat terkena pukulan akibat krisis ekonomi. Menurut mereka, lulusan SMTA yang akan memasuki perguruan tinggi perlu berpikir ulang, baik mengenai biaya maupun lama waktu belajar yang harus ditempuh. Apalagi, setelah selesai kuliah, para lulusan perguruan tinggi pun belum tentu mudah mendapatkan pekerjaan. Meski kursus masih dipandang sebelah mata, anak tiri dalam sistem pendidikan di Indonesia itu kini telah tumbuh menjadi sebuah bidang usaha yang nyaris tanpa batas.
Tidak sedikit perguruan tinggi swasta bercikal bakal dari kursus. Lembaga-lembaga kursus di Indonesia dalam sepuluh tahun terakhir tumbuh sangat pesat dan berkembang menjadi industri mimpi yang menggiurkan. Banyak warga masyarakat yang rela membayarkan uangnya beratus ribu atau jutaan rupiah sekadar untuk mewujudkan impian. Bahwa kemudian mimpi indah itu tidak terwujud, adalah kenyataan lain yang tidak pernah disesali.
Berdasarkan fungsinya, jenis-jenis lembaga kursus itu dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu: pertama, sejenis Bimbingan Tes yang bertujuan meningkatkan kemampuan belajar melalui pelajaran tambahan untuk bidang-bidang tertentu seperti IPA, matematika, bahasa Inggris, dan lain-lain dengan sasaran untuk semua pelajar SDSMTA. Tapi ada yang khusus untuk pelajar pada tingkat tertentu saja, misalnya kelas III SMTA yang akan mengikuti tes UMPTN.
Jenis kedua adalah Kursus-kursus Keterampilan yang bertujuan memberikan atau meningkatkan keterampilan mengetik, kecantikan, bahasa asing, akuntansi, montir,menjahit, sablon, babysitter, dan lain-lain. Sasaran lembaga ini mayoritas adalah para lulusan SMP dan SMTA yang memerlukan sertifikat keterampilan untuk mencari kerja.
Jenis ketiga adalah Pengembangan Profesi, seperti kursus sekretaris atau humas perusahaan, akuntan publik, kepribadian, dan lain-lainnya. Sasarannya tamatan SMTAsampai perguruan tinggi, dari yang belum bekerja sampai yang sudah bekerja, namun ingin meningkatkan profesionalismenya. Jenis ketiga ini lebih ke arah pembentukan
image dalam masyarakat, bukan hanya sekadar memberikan keterampilan teknis saja. Karena itu dari segi waktu pelaksanaan kursus lebih panjang (antara enam bulan sampai dua tahun).
Selain banyak dan beragamnya jenis lembaga kursus, pembinaan terhadap lembaga ini sering menjadi masalah. Dukungan pemerintah terhadap penyelenggaraan pendidikan luar sekolah selama ini sangat minim. Padahal lembaga kursus membutuhkan dukungan yang lebih besar agar bisa berkembang, terutama menghadapi era global di mana akan terbuka peluang bagi lembaga-lembaga kursus asing masuk ke Indonesia.
Hal ini ditambah dengan kenyataan bahwa selama ini ada kesan lembaga kursus
diperebutkan oleh Departemen Pendidikan dan Kebudayaan dan Departemen Tenaga Kerja. Akibatnya, dalam pembinaan maupun perizinan terjadi tumpang-tindih antara keduanya

Pendidikan Luar Sekolah Berorientasi Perbaikan Indeks Pembangunan Manusia

Oleh: Rousemiati Julista
1102406021

Jakarta, Kompas - Kebijakan pendidikan luar sekolah atau jalur pendidikan nonformal diarahkan pada upaya menunjang perbaikan peringkat human development index (HDI/indeks pembangunan manusia) Indonesia. Sesuai dengan target Kabinet Indonesia Bersatu, salah satu yang menonjol adalah pemberantasan jumlah penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas dari sekitar 15 juta menjadi 7,5 juta dalam lima tahun ke depan.

"Oleh karena itu, program kesetaraan, keaksraan, pendidikan anak usia dini, dan kecakapan hidup memerlukan keseriusan jajaran Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Depdiknas dan pihak-pihak terkait. Program-program tersebut satu sama lain berpengaruh terhadap indikator pemeringkatan HDI," ujar Direktur Jenderal Pendidikan Luar Sekolah Ace Suryadi seusai lepas sambut dengan pejabat lama, Fasli Jalal, di Jakarta, Senin (23/5).

Sebelumnya, Fasli-yang kini menjabat Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan-mengingatkan bahwa orientasi program-program tersebut selama ini diselaraskan dengan rencana pembangunan jangka menengah Depdiknas. Hal itu juga sejalan dengan tekad pemerintah mendongkrak posisi HDI Indonesia menjadi 90 besar dalam lima tahun ke depan.

Seperti diketahui, Program Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) tahun 2004 memeringkatkan Indonesia pada urutan ke-111 dari 175 negara. Secara umum, komponen yang dinilai adalah pendidikan, kesehatan, dan perekonomian. Indikatornya adalah angka melek aksara orang dewasa, rata-rata lama pendidikan, usia harapan hidup, serta pendapatan per kapita.

Ace berjanji menyelaraskan pola kebijakannya dengan program PLS yang dikembangkan Fasli selama ini. Program kesetaraan menyangkut akses anak-anak usia sekolah mendapatkan layanan pendidikan setara dengan persekolahan. Sasaran program ini antara lain anak jalanan, anak nelayan, dan penduduk dewasa yang ingin memperbaiki taraf hidup melalui pendidikan setara persekolahan. Adapun program keaksaraan adalah upaya membuat melek huruf penduduk usia produktif (15 tahun ke atas) yang selama ini memang tidak sempat mendapatkan layanan pendidikan.

Pendidikan anak usia dini juga tak kalah pentingnya karena ketidaksiapan anak mengikuti pendidikan pada usia sekolah berpotensi melanggengkan angka putus sekolah hingga 300.000 per tahun. Kegagalan pendidikan anak usia dini sekaligus berpotensi menambah angka buta aksara.

Nasib guru

Tentang pola kebijakan yang bakal dikembangkan pada lembaga baru, selaku Dirjen Peningkatan Mutu Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Fasli Jalal berjanji mengangkat kesejahteraan guru dengan mengacu pada kualifikasi dan kompetensinya. Terhadap nasib sekitar 2,6 juta guru di Tanah Air, sedang dipikirkan model pelatihan dan peningkatan kualifikasi, termasuk pendidikan profesi di universitas eks IKIP sebanyak 36-38 SKS.

"Selaku lembaga baru yang mengurusi profesionalisme guru, kami akan berkoordinasi dengan Ditjen Pendidikan Tinggi yang selama ini membina Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan," katanya.

Ia juga menggagas pembinaan guru kelas dan guru bidang studi dari tingkat kecamatan hingga provinsi dengan menyediakan block grant. "Namun, semua rencana itu baru bisa direalisasikan setelah menata kelembagaan di tingkat pusat," ujar Fasli. (NAR)

Kamis, 29 Mei 2008

TUJUAN TKPLS

oleh Maghfiroh
1102406015

TKPLS adalah singkatan dari Teknologi Komunikasi pendidikan Luar Sekolah yang dalam pelaksanaannya disiarkan melalui stasiun pemancar maka kegiatan percobaan ini disebut dengan siaran radio TKPLS, yang bertujuan:
1. Membantu usaha pemerintah dalam pendidikan masyarakat yang bertujuan meningkatkan mitu pendidikan dengan "menghasilkan bahan-bahan belajar dalam bentuk paket-paket, rekaman suara (pita reel dan kaset suara) untuk digunakan secara massal melalui siaran radio atau denga tape recorder yang diputar langsung dikelompok belajar serta memberikan program-program untuk pemutaran dan pengayaan paket A"
2. Mendorong dan menunjang kegaitan pendidikan luar sekolah dengan bentuk "memberikan program-program motivasi untuk mendorong dan menggygah hati warga masyarakat agar mau dan gemar belajar dan memperluas benuk pelajaran pendidikan luar sekolah melalui media komunikasi"
3. Menghasilkan pola penyajian pendidikan luar sekolah melalui media pendidikan guna mengusahakan suatu sistem layanan pendidikan luar sekolah
pada kegiatan belajar ini diharapkan adanya perubahan sikap dan perilaku sasaran didik (warga belajar) yang sesuai dengan pembangunan bangsa untuk meningkatkan kualitas hidupnya baik secara fisik maupun non fisik.

Sasaran dan Organisasi Pengelolaannya
pembinaan TKPLS melalui siaran radio ini ditujukan kepada :
1. Sasarn didik; sasarn didik (warga belajar) dari kegiatan ini terutama mereka yang dengan alasan apapun menjadi lupa dan buta huruf baik yang disebabkan karena putus sekolah dasar atau karena tidak pernah menikmati pendidikan formal, serta bagi warga masyarakat yang memerlukan peningkatan pengetahuan dan kecakapan dasar untuk memperbaiki taraf hidupnya, terutama bagi para pemuda dan orang dewasa
2. Sasaran daerah; sasaran daerah pembinaan TKPLS dilaksanakan didaerah-daerah yang:
terdapat kesatuan bahasa, yang maksudnya bahwa daerah tersebut mempunyai kesaman daerah dan warga belajarnya mampu menggunakan bahasa Indonesia
adanya dukunghan dari pemerintah daerah
3. Terdapatnya stasiun pemancar baik RRI, RPD, atay radio swasta niaga, yang dapat digunakan untuk penyiaran bahan-bahan belajar yang telah diproduksi baik didaerah maupun dari pusat
tersedianya tenaga pembina kelompok belajar dan penilik pendidikan masyarakat untuk memkperlancar pemanfaatan program
4. Terdapatnya kelompok-kelompok belajar yang akan memanfaatkan bahan pelajaran yang telah diproduksi