Senin, 12 Mei 2008

Pendidikan Sekolah Menjadi Kebutuhan

Oleh: Nur Shobah 1102406014


Mama Putri, begitu ibu satu anak itu dipanggil oleh para tetanggnya, diusinya yang telah kepala tiga, ibu yang tinggal di Desa Sintuwu Lemba, Kecamatan lage, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah itu dalam hari-hari ini selalu memperlihatkan wajah ceria, tentram dan damai. Katanya, aku sudah menemukan ketenangan hidup karena sesuatu yang sangat berharga dalam hidupku telah ku temukan, sebuah pendidikan yang selama dalam hidupnya tidak pernah di cicipinya.

Kini, hari-hari belakangan dia tampak semangat setiap mengikuti pendidikan praktik tata boga atau pembuatan kue yang di fasilitas LSM CARDI . (Consortium for Assistance and Recovery toward Development I Idonesia) melalui Komite Pemuda atau Yout Center Kecamatan Lage yang digelar di SMKN Poso, dalam satu pekan dia mengikuti empat kali pertemuan dengan empat jam belajar. Selama mengikuti pendidikan praktik tata boga dia mengaku menemukan yang baru untuk membangun ekonomi keluarga dari ilmu pembuatan kue yang didapatkannya.

Berbeda dangan Mama Putri, Nima yang pernah pengenyam pendidikan dari SD hingga SMA itu lebih merasakan manfaat pendidikan praktik yang jarang dia dapatkan selama sekolah. Pendidikan praktik selepas SMA ini justru dia dapatkan setelah mengikuti pendidikan yang di gelar CARDI selama hampir setahun itu. . Saat ini, dia sudah bisa memetik hasilnya, dari ilmu yang didapatkannya itu dia sudah membuka usaha menjahit dirumahnya “Saya sangat bersyukur dan berterima kasih pada CARDI yang telah memberikan pendidikan parktik secara gratis sehingga saya bisa membangun usaha menjahit dengan penghasilan yang saat ini sangat cukup,” kata Nima.

Mama Putri dan Nima hanya dua orang dari ribuan pemuda di Poso yang telah tersentuh pendidikan praktik yang digelar CARDI. Setidaknya, para pemuda-pemuda tersebut telah memiliki keahlihan dan ketrampilan tersendiri yang bisa mereka manfaatkan untuk menambah ekonomi keluarga maupun ekonomi bersama.

Ternyata memang, Pendidikan Luar Sekolah (PLS) tidak bisa dipandang sebelah mata dalam sistem pendidikan nasional saat ini. PLS sangat penting dalam penuntasan wajib belajar bagi anak-anak yang tidak sempat duduk di sekolah konfensional. Bahkan, tidak sedikit alumni PLS yang dalam kenyataannya mampu bersaing di bursa kerja dan dunia usaha. Mereka juga mampu membuka usaha dan merekrut tenaga kerja dengan ketrampilan yang dimiliki saat mengenyam PLS. Justru, Pengembangan PLS diperlukan untuk pengentasan kemiskinan dan pengurangan jumlah pengangguran.

Kepala Sub Dinas Pendidikan Dasar Dinas Pendidikan Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah Bertha Pakase di ruang kerjanya, Rabu (6/2) pekan lalu mengatakan, pendidikan yang menekankan ketrampilan hidup ini bisa menjadi solusi untuk mengurangi kemiskinan dan pengangguran di pedesaan maupun perkotaan. Berbagai terobosan sedang dikembangkan pemerintah untuk membuat pendidikan luar sekolah menjadi bermanfaat bagi masyarakat," kata Bertha.

Di Poso, anak-anak yang putus sekolah karena berbagai sebab saat ini tidak perlu terlalu khawatir untuk memperoleh pendidikan. Sebab, pemerintah telah menyediakan PLS yang berada di 15 kecamatan di Kabupaten Poso. Bertha juga menekankan kepada mereka yang mengikuti PLS tetap berbesar hati karena PLS pada dasarnya setara dengan pendidikan formal lainnya.

Senada dengan Bertha, Kasubdin Pendidikan Menengah SMP dan SMA Viktor Tumonggi menuturkan, saat ini pemerintah melalui Departemen Pendidikan Nasional terus menggalakan program PLS yang ditangani langsung oleh Direktorat Pendidikan Luar Sekolah atau non formal. Meski banyak kritikan yang datang dari berbagai kalangan tentang pendidikan paket A, B dan C.

Pemerintah tetap jalan terus dan hasilnya bisa dilihat. Saat ini sudah ada banyak anak-anak putus sekolah yang tertolong dengan mengikuti PLS. mereka yang tidak lulus sekolah SMP atau SMA bisa mengikuti program paket C untuk SMA, paket B untuk SMP dan paket A untuk setingkat SD.

Anak-anak putus sekolah disebabkan berbagai hal. Yang paling klasik sering dijumpai karena faktor biaya sekolah. Jujur, biaya sekolah saat ini terus melambung meski pemerintah terus berusaha memberikan pendidikan gratis dan beasiswa kepada murid sekolah.

Himpitan ekonomi maupun meningkatnya harga-harga kebutuhan pokok membuat orang tua murid harus pintar-pintar memilah pengeluaran setiap bulan. dan kenaikan biaya pendidikan anak terkadang sulit masuk dalam toleransi orang tua murid. Yang mereka tahu, bila ada kenaikan SPP atau SSP, ini tentu berkaitan dengan keinginan sekolah memperluas usaha atau keinginan sebagian pelaksana pendidikan untuk hidup lebih layak dengan kenaikan gaji atau THR atau biaya rekreasai.

Kondisi itulah yang menyebabkan beberapa orang tua dari kalangan miskin enggan menyekolahkan anaknya.namun, dengan program PLS ini, para orang tua tidak perlu lagi takut dengan biaya sekolah. Anak-anak mereka bisa mendapat ijazah untuk melanjutkan sekolah atau ke perguruan tinggi dengan biaya yang disubsidi pemerintah.

Kedua Pejabat di Dinas Pendidikan Kabupaten Poso tersebut menilai pendidikan luar sekolah dikembangkan untuk memecahkan persoalan yang terjadi di tengah masyarakat. Terutama masyarakat di. pedesaan, perkotaan, dan kursus para profesi.

Pendidikan model tersebut tak harus sepenuhnya ditangai pemerintah. Lembaga-lembaga swadaya masyarakat LSM punya peranan strategis dalam mengembangan pola pendidikan tersebut di atas. Salah satunya yang telah dilakukan oleh LSM CARDI di Poso.

Mereka melihat ada geliat dan semangat pemuda di Poso yang tergabung dalam kegiatan CARDI. Seperti kursus bidang jasa yang digelar CARDI di beberapa tempat di desa dan di kota yang diikuti banyak oleh kaum muda Poso. Ini kabar baik bagi perkembangan Poso karena program tersebut sangat jelas akan menambah wawasan dan ketrampilan baru yang tidak mereka dapatkan di bangku sekolah. Dengan ketrampilan yang mereka miliki akan mampu menghadapi persaingan kerja

Tidak ada komentar: